Senin, 23 November 2015

Shalat, Kunci Sukses Dunia dan Akhirat

Kesuksesan hidup seorang muslim ditentukan oleh amalan shalatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. dari Anas bin Malik r.a., amalan yang pertama kali dihisab (diperhitungkan) pada hari kiamat adalah shalat. Kemudian Rasul pun menegaskan, apabila baik shalat seorang muslim, maka baiklah seluruh amalnya. Demikian pula sebaliknya, apabila jelek ibadah shalatnya, maka buruklah seluruh amal kebaikannya.

    Demikian dahsyat pengaruh shalat dalam menilai amalan kita selama hidup. Bahkan dalam Al Quran Allah Swt. menempatkan shalat sebagai syarat kemenangan kaum mukminin. Firman-Nya, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu dalam shalatnya” (QS. Al Mukminuun [23]: 1-2).

    Betapa indahnya shalat. Ia merupakan hiburan yang sangat mengasyikan bagi setiap mukmin. Rasulullah Saw. pun demikian, sehingga beliau bersabda, “kegembiraanku yang luar biasa dijadikan Allah dalam shalat”. Maka tidak aneh jika masuk waktu shalat Nabi Saw. berkata kepada Bilal, Muadzinnya, “Wahai Bilal, marilah kita istirahat dengan-Nya.”

    Ternyata shalat merupakan istirahat jiwa yang paling utama. Huzaifah r.a. berkata, “Setiap kali Nabi Saw. mengalami kesulitan beliau melakukan shalat” (HR. Ahmad dan Abu Daud). Abu Ja’far juga berkomentar, “Seandainya engkau merasakan manis dan lezatnya Allahu Akbar, niscaya engkau tidak akan mengolok-olok kepayahan orang yang memperbanyak shalat.” Seorang tabiin yang shaleh, Hamamah Al-Abid pernah ditanya orang, “Apa amalmu yang paling utama yang dapat engkau harapkan di sisi Allah?” dia menjawab, “Tidak datang kepadaku suatu shalat kecuali aku telah siap dan rindu kepada-Nya.”

    Bagi seorang mukmin, ibadah shalat tidak dirasakan sebagai sebuah kewajiban, tetapi merupakan hiburan yang mengasyikan. Shalat adalah tingkat dzikir tertinggi (QS. Thaha [20] : 14) dan shalat pun mencegah seorang terjerumus dalam kekejian dan kemungkaran (QS. Al Ankabut [29] : 45). Karena itu Nabi Saw. bersabda, “Barang siapa shalatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, maka sebenarnya dia tidak shalat.” (HR. Thabrani).

    Shalat bukan hanya ritual belaka. Shalat merupakan pengukuhan diri sebagai hamba Allah yang senantiasa merindukan-Nya. Oleh karena itu, celakalah orang yang shalatnya lalai, jauh dari kekhusyuan. Apalagi shalatnya menjadi riya, maka Allah akan menjanjikan neraka bagi pelaku shalat seperti ini. “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat ria.” (Al Maa’uun [107]:4-6).

    Luar biasanya pengaruh shalat hanya akan dirasakan oleh orang yang mendirikan shalat. Mendirikan shalat berarti mengaplikasikan makna shalat dalam seluruh aspek kehidupannya. Taraf shalat seperti ini hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang khusyu. Kekhusyuan inilah yang menebar pengaruh positif shalat dalam kehidupan.

    Kekhusyuan dalam shalat bukan kita yang menciptakan. Kekhusyuan akan kita terima dengan sendirinya jika kita sudah menjadikan shalat sebagai kebutuhan. Perasaan khusyu tidak mungkin kita peroleh jika tidak memiliki kesadaran dan kepercayaan, pada saat shalat kita sedang berhadapan dengan Allah. Orang yang yakin sepenuh hati pada kebesaran Allah, yakin akan Kemahakuasaan-Nya, ikhlas untuk tunduk dan patuh pada-Nya, serta selalu merindukan-Nya, insya Allah mudah untuk menggapai kekhusyuan.

    Shalat yang khusyu akan mendatangkan pahala besar dari Allah Swt. Sebagaimana dalam (Q.S. Al-Mu’minun : 1-9) diterangkan, orang yang khusyuk dan memelihara shalatnya akan mewarisi surga Firdaus. Menurut Ustadz Kholil al Harbi, Imam dan ulama di Masjid Madinah, khusyuk adalah rohnya shalat. Allah Swt. menjanjikan kemenangan di dunia dan di akherat bagi orang-orang yang shalatnya khusyuk. Ingin sukses di dunia dan akhirat? Shalatlah dengan khusyuk.

Uckay Subqy