Selasa, 30 Januari 2007

Panggilan Suci dari Tanah Suci


Jumlah peminat ibadah haji dari tahun ke tahun senantiasa mengalami peningkatan. Berbagai sarana dan prasarana ibadah haji terus ditingkatkan. Perluasan Masjidil Haram dan Nabawi, pembangunan Jembatan Jamarat di Mina, pembangunan gedung berteknologi modern yang dapat menampung lebih banyak jamaah di lokasi ibadah, serta penghijaun padang Arafah, diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi jamaah dalam melaksanakan rukun Islam yang kelima ini.

Namun demikian, pemerintah Arab Saudi masih harus memberlakukan kuota bagi setiap negara yang akan mengirimkan tamu-Nya untuk mengantisipasi meledaknya jamaah yang dapat mengakibatkan berbagai hal yang tidak diinginkan. Akhirnya, hanya satu berbanding seribu penduduk di suatu negara yang berkesempatan memenuhi panggilan Allah swt. ke Tanah Suci setiap tahunnya.



Tren kenaikan animo umat Islam dalam melaksanakan ibadah haji terlihat dari data Ditjen BPIH tahun 2000 sampai dengan 2004 di bawah ini.

Tahun
Jumlah Jamaah
Presentase
2000
174.495
17,98
2001
192.927
19,88
2002
196.813
20,28
2003
201.319
20,74
2004
204.945
21,12






Sumber : DITJEN BIPH http://www.depag.go.id

 




Menurut Ir. H. Bamabang Pranggono, MBA, IAI dalam bukunya Percikan Sains Dalam Al Quran, ada enam faktor yang mempengaruhi bertambahnya jamaah haji setiap tahun. Faktor-faktor tersebut adalah:
1.      Pertumbuhan jumlah umat Islam.
2.      Peningkatan penghasilan yang bisa dibelanjakan (disposable income).
3.      Peningkatan kemudahan sarana perjalanan menuju tanah suci.
4.      Peningkatan kondisi kesehatan umat.
5.      Peningkatan kesadaran beragama umat.
6.      Kebijakan penguasa Tanah Suci dan negeri-negeri muslim sendiri.

Tips; Pra, Semasa, dan Pasca melaksanakan Ibadah Haji

Haji, selain sebuah ibadah yang menuntut persiapan ilmu dan spiritual serta biaya yang besar, juga menuntut persiapan fisik yang tidak bisa dianggap enteng. Kekurangan dalam mempersiapkan hal-hal tersebut di atas dapat mengurangi kesempurnaan, kekhidmatan, dan kekhusuan pelaksanaan ibadah haji.

Berikut beberapa langkah yang dapat dijadikan referensi dalam menyambut panggilan-Nya ke Tanah Suci.

1.      Niat
Tentu saja, setiap umat Islam harus mengikrarkan dalam hatinya niat untuk menggenapkan rukun Islam dengan melaksanakan ibadah haji. Berawal dari niat yang kuat inilah terkadang terjadi hal-hal di luar nalar. Panggilan-Nya terkadang datang dari jalan yang tidak pernah disangka hambanya. Cukup banyak cerita yang menggambarkan ketidakmampuan seseorang (dalam hal ini finansial), tapi toh akhirnya dia bisa juga melaksanakan ibadah haji

2.      Mempersiapkan Dana Haji
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 832/XVI, ada tiga kondisi kesiapan finansial seseorang dalam melaksanakan ibadah haji.

Kondisi pertama, sudah tersedia dana sebesar Rp. 25 sampai dengan Rp. 30 juta. Kalau saat ini Anda sudah memiliki uang sebesar Rp. 25 sampai dengan Rp. 30 juta, tidak ada alasan lagi menunda beribadah haji. Anda tinggal menempatkan saja uang tersebut ke produk-produk investasi yang aman sambil menunggu periode haji yang akan dating. Atau agar uang aman, Anda bisa memasukkan uang tersebut ke bank syariah untuk mendapatkan bagi hasil. Di bank syariah, uang yang Anda masukkan juga tidak akan berkurang. Dengan demikian, kalaupun kelak ONH naik karena inflasi, investasi Anda juga bisa tetap mengikuti kenaikan tersebut.
                                                                              
Kondisi kedua, dana belum cukup. Bisa saja pada saat ini Anda memang sudah mempunyai uang, tapi masih belum cukup untuk bisa pergi haji. Bila memang demikian, disarankan Anda manfaatkan produk Tabungan Haji seperti yang banyak ditawarkan oleh bank-bank sekarang ini. Tabungan Haji adalah tabungan yang dikeluarkan oleh bank untuk membantu Anda mempersiapkan dana untuk persiapan ibadah haji. Dengan produk Tabungan Haji, biasanya Anda tinggal memasukkan saja uang Anda yang sudah ada ke dalam produk tersebut, dan uang itu akan diputar oleh bank ke dalam kegiatan usahanya, dan Anda akan mendapatkan penambahan seperti layaknya tabungan biasa.

Yang Anda perlukan adalah menambahkan saja tabungan Anda sedikit demi sedikit dari penghasilan Anda setiap bulannya, sampai dana Anda benar-benar mencukupi. Enaknya Tabungan Haji, biasanya bank penerbit tabungan Anda juga bisa membantu (kebanyakan sih secara otomatis) mendaftarkan Anda untuk bisa menjadi peserta haji pada tahun keberangkatan yang Anda inginkan.

Kondisi ketiga, menabung dari nol. Kalau pada saat ini Anda belum punya uang sama sekali dan benar-benar ingin menabungnya dari nol, maka saya menyarankan mencoba Koin Emas ONH. Koin Emas ONH adalah produk persiapan dana haji yang sengaja dikeluarkan untuk mengakomodir mereka yang terbiasa membeli emas untuk persiapan dana hajinya. Pada kenyataannya, Koin Emas ONH ini bisa dibeli oleh siapa saja dan untuk tujuan apa saja. Anda bisa membeli koin emas ini di setiap Kantor Cabang Pegadaian.

Masalahnya sekarang, seberapa banyak koin emas yang harus Anda punya bila ingin dana Anda terkumpul? Menurut pengalaman para petugas di Pegadaian, biaya ONH bisa terkumpul kalau Anda memiliki Koin Emas senilai total 250-300 gram (setara dengan ONH terakhir kemarin yang $2500 - $3000). Jadi, walau kelak ada kenaikan ONH, jumlah kebutuhan Koin Emas yang harus Anda miliki akan tetap sama karena ONH dan harga emas sama-sama melihat pada dolar sebagai patokannya. Jadi, Pegadaian percaya bahwa berapa pun ONH-nya nanti, jumlah Koin Emas ONH yang harus Anda miliki adalah 250-300 gram.

Pertanyaannya sekarang, kalau satu gram Koin Emas saat ini, misalnya Rp 100 ribu per gram dan kalau Anda sanggup menabung Rp 300 ribu per bulan, ini berarti Anda bisa membeli 3 gram Koin Emas per bulan. Kalau Anda harus mengumpulkan 300 gram Koin Emas untuk bisa pergi haji, maka ini berarti Anda harus menabung selama 100 bulan agar dana Anda bisa mencukupi untuk bisa pergi haji atau sekitar 8,5 tahun dari sekarang. Terlalu lama? Tidak juga. Mungkin saja di tahun kedua, ketiga, atau keempat nanti jumlah Koin Emas yang Anda beli bukan lagi 3 gram per bulan, tapi naik menjadi 4-5 gram per bulan karena penghasilan Anda juga meningkat. Dengan demikian, persiapan dana Anda bisa lebih cepat, tidak lagi 8,5 tahun.

3.      Mendahulukan amalan wajib
Di sinilah fungsi penting manasik haji. Stimulasi yang diadakan selama manasik dapat memberikan gambaran kepada calon jemaah haji (bukan hanya teori tetapi juga praktik) mengerjakan segala amalan haji. Dalam manasik dijelaskan pula rukun, wajib, sunah, serta amalan yang dilarang selama melaksanakan ibadah haji.

Rukun haji meliputi:
·         Ihram (berniat memulai mengerjakan haji)
·         Wuquf (hadir di padang Arafah pada waktu yang telah ditentukan yaitu mulai dari tergelincir matahari –waktu zuhur– tanggal 9 sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah)
·         Tawaf (berkeliling Ka’bah)
·         Sai (berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah).

Wajib haji di antaranya adalah:
  • Ihram dari Miqat
  • Berhenti di Muzdalifah sesudah tengah malam di malam Idul Adha sesudah hadir di padang arafah
  • Melontar Jumrat Al Aqabah pada Idul Adha
  • Melontar tiga jumrah
  • Bermalam di Mina
  • Tawaf wada (tawaf sewaktu akan meninggalkan Mekah)
  • Menjauhkan diri dari segala larangan atau yang diharamkan (muharramat)

Sedangkan sunah haji, yaitu:
  • Mengerjakan salah satu model haji (Ifrad, Tamattu, atau Qiran)
  • Membaca talbiyah dengan suara keras bagi laki-laki
  • Berdoa setelah membaca talbiyah
  • Membaca zikir sewaktu tawaf
  • Shalat dua rakaat setelah tawaf
  • Masuk ke Ka’bah

Dengan mengetahui kategori amalan-amalan dalam ibadah haji, kita dapat memfokuskan waktu dan tenaga pada amalan yang benar-banar harus kita laksanakan. Membuang-buang waktu dan tenaga untuk hal-hal yang tidak terlalu penting dapat berisiko terkurasnya waktu dan tenaga sehingga tidak dapat mengerjakan amalah yang seharusnya kita jalankan.

4.      Waspadai joki Hajar Aswad
Di harian Pikiran Rakyat (10/12), drg. H.R. Ginandjar A.M menyampaikan pesan kepada calon jemaah haji bahwa apabila kondisi tidak memungkinkan di sekitar Ka’bah, jangan sekali-kali memaksakan hendak mencium Hajar Aswad. Selain karena bukan sesuatu yang wajib, hal ini untuk menghindari hal-hal yan tidak diinginkan, seperti joki Hajar Aswad. Mereka adalah sekumpulan orang yang menawarkan jasa pengantaran ke Hajar Aswad dengan pasang tarif “sukarela” antara 20 sampai dengan 50 real, bahkan lebih.

5.      Ketika tersesat/terpisah dari rombongan
Tersesat di antara kerumunan orang dari berbagai negara yang tidak kita kenal memang membuat gelisah. Terburu-buru mengikuti arah yang kita tidak yakin betul benar atau salahnya, bisa membuat kita tersesat lebih jauh lagi. Kalau sudah demikian, yang kita perlukan adalah tenang. Kunci utama dalam kasus ini adalah tidak panik. Perhatikan dan ingat betul arah yang akan kita tuju. Bila hal ini tidak dapat membantu, ikutilah sembarang rombongan jamaah Indonesia yang pertama kali kita temui. Mintalah bantuan kepada pembimbing rombongan itu untuk menemukan tempat yang kita tuju.

6.      Oleh-oleh untuk keluarga di Tanah Air
Air zamzam adalah oleh-oleh yang lazim dibawa para jemaah haji dari Tanah Suci. Keinginan untuk membagikan air zamzam kepada lebih banyak sanak saudara boleh-boleh saja. Tapi ingat, batas maksimal air zamzam yang diperbolehkan adalah 5 liter per orang. Jadi, kita tidak usah berambisi membawa lebih karena ada petugas pemeriksa yang akan menyita kelebihan air zamzam yang kita bawa.

7.      Setiba di Tanah Air
Yang kita dapatkan selama melaksanakan ibadah haji adalah sesuatu yang sangat berharga. Tentu saja, kita tidak akan membiarkan pengalaman itu berlalu begitu saja tanpa meninggalkan bekas dalam jiwa kita. Peningkatan kualitas iman dan ketakwaan serta taubat adalah sebuah keniscayaan sebagai buah dari haji mabrur yang kita cita-citakan. Ketika kemudian stabilitas iman tidak bisa lagi dipertahankan, kerinduan untuk me-recharge iman dengan ibadah haji kembali hadir dalam hati kita. Walaupun kewajiban haji adalah sekali seumur hidup, tentu saja tidak ada larangan mengulanginya untuk yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

Tren ini tampaknya mulai jelas terbaca. Data jemaah haji Indonesia tahun 2000 sampai dengan 2004 menjelaskan adanya kenaikan yang signifikan tentang jamaah yang sudah pernah melaksanakan ibadah haji dan kembali ingin melaksanakannya. Pada tahun 2000 prosentase jamaah yang berpengalaman melaksanakan ibadah haji adalah sebesar 8,18 %. Berturut-turut dari tahun 2001 sampai dengan 2004 jumlah tersebut terus bertambah yaitu sebesar 9,07 %; 9,43 %; 9,52 %; dan 10,12 %.

Data Jemaah Haji Indonesia Tahun 2000 s/d 2004
Berdasarkan Pengalaman Pergi Haji

No
Pengalaman
Tahun
2000
%
2001
%
2002
%
2003
%
2004
%
1
Sudah Haji
14.278
8,18
17.496
9,07
17.141
9,43
17.119
9,52
19.496
10,12
2
Belum Haji
160.217
91,82
175.431
90,93
164.565
90,57
162.527
90,47
173.194
89,88

Jumlah
174.495
100
192.927
100
181.706
100
179.646
100
192.690
100
Sumber : DITJEN BIPH http://www.depag.go.id

Pertanyaannya kemudia adalah, apakah kualitas keimanan kita bergantung pada jumlah ibadah haji yang pernah kita lakukan? Sedikit sindiran yang disampaikan oleh M. Yudhie Haryodo, dkk. dalam buku berjudul Haji Mistik adalah sebagai berikut. Saat ini negara kita sedang menghadapi persoalan kemiskinan yang akut akibat krisis berkepanjangan. Jika 20.000 calon haji saja (itu berarti sekitar sepuluh persen dari kuota haji 2002 dan terutama mereka yang mengulangi haji untuk kedua kali dan seterusnya) bersepakat mendayagunakan dana hajinya, maka akan terhimpun cash money sekitar 500 miliar. Dan manakala dana tersebut dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan yang kini diperkirakan berjumlah lebih dari 30 juta, maka berapa banyak calon-calon penghuni surga karena haji mabrur dan betapa konkretnya kontribusi yang disumbangkan para penghuni surga itu.

***

Setiap kita sudah sepatutnya mempersiapkan diri menyambut panggilan-Nya. Kalau bukan tahun ini, mungkin tahun depan adalah giliran kita. Ingat, panggilan-Nya adalah sebuah kesempatan yang teramat sayang untuk dilewatkan. Mengabaikan atau berpura-pura tidak mendengar panggilan-Nya adalah sebuah kebodohan yang akan membawa sesal kelak di kemudian hari.
Muslik