Sabtu, 21 November 2015

Memahami Sifat Marah

“Like other emotions, anger is accompanied by physiological and biological changes; when you get angry, your heart rate and blood pressure go up, as do the levels of your energy hormones, adrenaline, and noradrenaline.” 

Seperti bentuk emosi lainnya, marah juga diikuti dengan perubahan psikologis dan biologis. Ketika Anda marah, denyut nadi dan tekanan darah meningkat, begitu juga dengan level hormon, adrenaline, dan noradrenaline.

Demikian ungkapan Charles Spielberger, Ph.D., seorang ahli psikologi yang mengambil spesialisasi studi tentang marah. Dari pendapatnya tersebut, dapat kita perhatikan bahwa sesungguhnya ketika kita marah, ada banyak hal yang terjadi pada diri kita yang mungkin tidak pernah kita perhatikan dan telaah lebih jauh. Ketika marah, secara psikologis dan biologis diri kita mengalami perubahan yang cukup signifikan, bahkan drastis, dibandingkan dengan keadaan ketika kita tidak marah.

Marah adalah suatu perilaku yang normal dan sehat, sebagai salah satu bentuk ekspresi emosi manusia. Namun, ketika marah tidak terkendali dan cenderung menuju arah destruktif, marah akan menjadi masalah. Masalah tersebut bisa timbul di lingkungan pekerjaan –dalam hubungan antarpersonal— dan yang lebih luas lagi adalah dalam kualitas hidup pribadi secara keseluruhan.

Selain sebagai bentuk ekspresi emosi, marah juga merupakan satu bentuk komunikasi. Adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang ingin kita sampaikan ketika kita marah. Tanpa marah, orang lain malah menganggap kita main-main atau tidak serius. Dalam hal ini, tentunya juga berkaitan dengan masalah budaya. Dalam budaya masyarakat tertentu, suatu bentuk ekspresi seseorang akan dianggap sebagai bentuk ekspresi marah sedangkan dalam budaya masyarakat lain dianggap biasa-biasa saja, salah satu contoh konkretnya adalah logat bahasa.

Contoh lainnya adalah dalam pertandingan sepak bola. Tak jarang kita lihat ada pemain yang bersitegang, terutama apabila terjadi pelanggaran. Ketika bersitegang, sikap yang ditunjukkan para pemain Eropa akan berbeda dengan sikap yang diperlihatkan para pemain Indonesia. Dalam kebanyakan pertandingan Liga Eropa yang kita saksikan di televisi, apabila pemain saling bersitegang, mereka beradu mulut dan bahkan saling berhadapan. Mata melotot dan urat-urat leher pun tampak menjadi tegang. Namun, setelah melampiaskan kekesalan dan amarah masing-masing, mereka pun bisa segera melanjutkan pertandingan dengan baik. Adapun di Indonesia, tak jarang kita menyaksikan persitegangan antara dua pemain, namun merembet pada pemain lain sehingga menyebabkan perkelahian massal antarpemain.

Marah ternyata bisa ditinjau dari berbagai aspek, termasuk juga dari aspek agama. Dalam ajaran Islam, ada beberapa ayat dan hadis Nabi yang menjelaskan tentang marah. Dalam penjelasan-penjelasan tersebut disebutkan bahwa alangkah lebih baiknya apabila kita bisa menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain. Namun, hal ini juga tidak berarti bahwa kita tidak boleh marah, sebab Nabi juga pernah marah dan marah dalam batas-batas tertentu justru bisa membawa dampak positif bagi manusia.

Anger is a completely normal, usually healthy, human emotion. But when it gets out of control and turns destructive, it can lead to problems. 

Agung