Wawancara dengan Indra Bekti
(Artis, Bintang Iklan, MC, Penyanyi)
Muda, gaya, berkecukupan, wajah tampan, terkenal pula. Apalagi yang tak
dimiliki oleh seorang Indra Bekti. Di usianya yang terbilang cukup muda, bujang
bernama asli Bekti Indratomo ini memiliki segudang profesi. Mulai dari ngemsi,
model majalah, bintang iklan, sampai menyanyi, ia lakoni. Wajar jika wajah dan
namanya tak lagi asing bagi para pecinta televisi.
Di sela-sela kesibukannya, seorang Indra Bekti yang ramah masih sempat
berbagi pengalaman. Usai menunaikan Shalat Maghrib, di Plaza Semanggi, Jakarta,
Percikan Iman berhasil bertemu dan mewawancarainya. Walau singkat, tetapi banyak
hal-hal penting yang bisa kita dapatkan dari penulis buku 28 Ways to Stardom
ini. Berikut petikan wawancaranya.
Setelah semua yang Anda capai, sebenarnya apa yang Anda cari dari kehidupan
ini?
Sebenarnya, semua yang aku lakukan itu niatnya ibadah. Aku menghibur orang
agar orang-orang senang. Kan membahagiakan orang juga termasuk ibadah.
Kebetulan aku dikasih jalannya ini. Ya jadi, ibadahku dengan menghibur
orang.
Sudah Anda dapatkan apa yang Anda niatkan tersebut?
Sejauh ini sudah. Tapi aku masih pengen berbuat lebih banyak lagi.
Aku masih pengen nyanyi solo. Dulu kan aku punya band, tapi ya
karena kurang mendukung satu sama lain, jadi terhambat. Selebihnya, aku pengen
terus bisa lebih baik lagi menghibur masyarakat. Aku membuat buku itu juga
sebenarnya pengennya lebih dari itu. Tadinya pengen masuk MURI. Kan
cuma sekali dalam hidupku yang 28 tahun pas tanggal 28 (Indra kelahiran 28
Desember 1977). Tapi ya… mungkin belum saatnya, jadinya cuma membuat buku.
Mungkin ke depannya kalau dikasih waktu lagi.
Apakah Anda bahagia dengan status dan posisi Anda sekarang? Termasuk keterkenalan
Anda?
Aku memang dari kecil ingin masuk tv. Dulu pertama kali lihat di TVRI. Kok sepertinya
enak ya masuk tv. Sekarang aku sudah masuk tv. Cukup puas sih.
Menurut Anda, apakah semua yang Anda lakukan akan membuat Anda dikenang?
Wah… Aku nggak pernah kepikiran ke sana. Sejauh ini aku hanya
melakukan yang aku pengen, juga niatnya menghibur masyarakat. Ibadah.
Lagipula, kalau niatnya pengen dikenang, nanti malah riya jadinya.
Dalam buku yang Anda tulis, Anda menyebutkan bahwa kita harus berani berbeda
dari yang lain? Apakah harus demikian untuk bisa dikenang?
Memang untuk bisa dilihat orang lain, kita harus berani berbeda. Ada sesuatu yang ditonjolkan pada orang
lain. Itu sebabnya dulu aku juga mencoba menjadi berbeda. Mulai dari jadi
pembawa acara di Tralala Trilili sampai sekarang di Ceriwis aku
mulai menjadi orang yang dikenal agak gila. Tapi, dari situ kita bisa terlihat berbeda dengan
yang lain. Kalau kita
biasa-biasa saja, orang tidak akan bisa melihat kita.
Terakhir, kalau boleh memilih, Anda ingin dikenang seperti apa?
Aku cuma pengen dikenang sebagai orang yang banyak memberi
kontribusi pada masyarakat. Mulai dari aku ngemsi sampai nyanyi.
Mudah-mudahan semuanya menghibur masyarakat dan jadi ibadah buat aku. Aku nggak
pengen dikenal macam-macam oleh masyarakat. Kalau aku punya keinginan
itu, jadinya bisa sombong. Ibaratnya seperti, Nih, aku sudah melakukan ini.
Aku cuma ingin menghibur masyarakat. Kalau pun dikenang, itu urusan nanti.
Imbalan dari apa yang sudah aku lakukan.
Rahmat