Kamis, 05 November 2015

Dikenang Karena Berani Beda




Wawancara dengan Indra Bekti
(Artis, Bintang Iklan, MC, Penyanyi)

Muda, gaya, berkecukupan, wajah tampan, terkenal pula. Apalagi yang tak dimiliki oleh seorang Indra Bekti. Di usianya yang terbilang cukup muda, bujang bernama asli Bekti Indratomo ini memiliki segudang profesi. Mulai dari ngemsi, model majalah, bintang iklan, sampai menyanyi, ia lakoni. Wajar jika wajah dan namanya tak lagi asing bagi para pecinta televisi.
    
Di sela-sela kesibukannya, seorang Indra Bekti yang ramah masih sempat berbagi pengalaman. Usai menunaikan Shalat Maghrib, di Plaza Semanggi, Jakarta, Percikan Iman berhasil bertemu dan mewawancarainya. Walau singkat, tetapi banyak hal-hal penting yang bisa kita dapatkan dari penulis buku 28 Ways to Stardom ini. Berikut petikan wawancaranya.

Setelah semua yang Anda capai, sebenarnya apa yang Anda cari dari kehidupan ini?
Sebenarnya, semua yang aku lakukan itu niatnya ibadah. Aku menghibur orang agar orang-orang senang. Kan membahagiakan orang juga termasuk ibadah. Kebetulan aku dikasih jalannya ini. Ya jadi, ibadahku dengan menghibur orang.

Sudah Anda dapatkan apa yang Anda niatkan tersebut?
Sejauh ini sudah. Tapi aku masih pengen berbuat lebih banyak lagi. Aku masih pengen nyanyi solo. Dulu kan aku punya band, tapi ya karena kurang mendukung satu sama lain, jadi terhambat. Selebihnya, aku pengen terus bisa lebih baik lagi menghibur masyarakat. Aku membuat buku itu juga sebenarnya pengennya lebih dari itu. Tadinya pengen masuk MURI. Kan cuma sekali dalam hidupku yang 28 tahun pas tanggal 28 (Indra kelahiran 28 Desember 1977). Tapi ya… mungkin belum saatnya, jadinya cuma membuat buku. Mungkin ke depannya kalau dikasih waktu lagi.

Apakah Anda bahagia dengan status dan posisi Anda sekarang? Termasuk keterkenalan Anda?
Aku memang dari kecil ingin masuk tv. Dulu pertama kali lihat di TVRI. Kok sepertinya enak ya masuk tv. Sekarang aku sudah masuk tv. Cukup puas sih.

Menurut Anda, apakah semua yang Anda lakukan akan membuat Anda dikenang?
Wah… Aku nggak pernah kepikiran ke sana. Sejauh ini aku hanya melakukan yang aku pengen, juga niatnya menghibur masyarakat. Ibadah. Lagipula, kalau niatnya pengen dikenang, nanti malah riya jadinya.

Dalam buku yang Anda tulis, Anda menyebutkan bahwa kita harus berani berbeda dari yang lain? Apakah harus demikian untuk bisa dikenang?
Memang untuk bisa dilihat orang lain, kita harus berani berbeda. Ada sesuatu yang ditonjolkan pada orang lain. Itu sebabnya dulu aku juga mencoba menjadi berbeda. Mulai dari jadi pembawa acara di Tralala Trilili sampai sekarang di Ceriwis aku mulai menjadi orang yang dikenal agak gila. Tapi, dari situ kita bisa terlihat berbeda dengan yang lain. Kalau kita biasa-biasa saja, orang tidak akan bisa melihat kita.

Terakhir, kalau boleh memilih, Anda ingin dikenang seperti apa?
Aku cuma pengen dikenang sebagai orang yang banyak memberi kontribusi pada masyarakat. Mulai dari aku ngemsi sampai nyanyi. Mudah-mudahan semuanya menghibur masyarakat dan jadi ibadah buat aku. Aku nggak pengen dikenal macam-macam oleh masyarakat. Kalau aku punya keinginan itu, jadinya bisa sombong. Ibaratnya seperti, Nih, aku sudah melakukan ini. Aku cuma ingin menghibur masyarakat. Kalau pun dikenang, itu urusan nanti. Imbalan dari apa yang sudah aku lakukan.     
    Rahmat