Jumlah peminat ibadah haji dari tahun ke tahun senantiasa mengalami peningkatan. Berbagai sarana dan prasarana ibadah haji terus ditingkatkan. Perluasan Masjidil Haram dan Nabawi, pembangunan Jembatan Jamarat di Mina, pembangunan gedung berteknologi modern yang dapat menampung lebih banyak jamaah di lokasi ibadah, serta penghijaun padang Arafah, diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi jamaah dalam melaksanakan rukun Islam yang kelima ini.
Namun demikian, pemerintah Arab Saudi masih harus memberlakukan kuota bagi setiap negara yang akan mengirimkan tamu-Nya untuk mengantisipasi meledaknya jamaah yang dapat mengakibatkan berbagai hal yang tidak diinginkan. Akhirnya, hanya satu berbanding seribu penduduk di suatu negara yang berkesempatan memenuhi panggilan Allah swt. ke Tanah Suci setiap tahunnya.
Tren kenaikan animo umat Islam
dalam melaksanakan ibadah haji terlihat dari data Ditjen BPIH tahun 2000 sampai
dengan 2004 di bawah ini.
Tahun
|
Jumlah Jamaah
|
Presentase
|
2000
|
174.495
|
17,98
|
2001
|
192.927
|
19,88
|
2002
|
196.813
|
20,28
|
2003
|
201.319
|
20,74
|
2004
|
204.945
|
21,12
|
Sumber : DITJEN BIPH http://www.depag.go.id
Menurut Ir. H. Bamabang
Pranggono, MBA, IAI dalam bukunya Percikan
Sains Dalam Al Quran, ada enam faktor yang mempengaruhi bertambahnya jamaah
haji setiap tahun. Faktor-faktor tersebut adalah:
1.
Pertumbuhan jumlah umat Islam.
2.
Peningkatan penghasilan yang bisa dibelanjakan (disposable income).
3.
Peningkatan kemudahan sarana perjalanan menuju tanah
suci.
4.
Peningkatan kondisi kesehatan umat.
5.
Peningkatan kesadaran beragama umat.
6.
Kebijakan penguasa Tanah Suci dan negeri-negeri muslim
sendiri.
Tips; Pra, Semasa, dan Pasca melaksanakan Ibadah Haji
Haji, selain sebuah ibadah yang
menuntut persiapan ilmu dan spiritual serta biaya yang besar, juga menuntut
persiapan fisik yang tidak bisa dianggap enteng. Kekurangan dalam mempersiapkan
hal-hal tersebut di atas dapat mengurangi kesempurnaan, kekhidmatan, dan
kekhusuan pelaksanaan ibadah haji.
Berikut beberapa langkah yang
dapat dijadikan referensi dalam menyambut panggilan-Nya ke Tanah Suci.
1. Niat
Tentu saja,
setiap umat Islam harus mengikrarkan dalam hatinya niat untuk menggenapkan
rukun Islam dengan melaksanakan ibadah haji. Berawal dari niat yang kuat inilah
terkadang terjadi hal-hal di luar nalar. Panggilan-Nya terkadang datang dari
jalan yang tidak pernah disangka hambanya. Cukup banyak cerita yang
menggambarkan ketidakmampuan seseorang (dalam hal ini finansial), tapi toh akhirnya dia bisa juga melaksanakan
ibadah haji
2. Mempersiapkan Dana Haji
Dikutip dari
Tabloid NOVA No. 832/XVI, ada tiga kondisi kesiapan finansial seseorang dalam
melaksanakan ibadah haji.
Kondisi pertama, sudah tersedia dana
sebesar Rp. 25 sampai dengan Rp. 30 juta. Kalau saat ini Anda sudah memiliki uang
sebesar Rp. 25 sampai dengan Rp. 30 juta, tidak ada alasan lagi menunda
beribadah haji. Anda tinggal menempatkan saja uang tersebut ke produk-produk
investasi yang aman sambil menunggu periode haji yang akan dating. Atau agar
uang aman, Anda bisa memasukkan uang tersebut ke bank syariah untuk mendapatkan
bagi hasil. Di bank syariah, uang yang Anda masukkan juga tidak akan berkurang.
Dengan demikian, kalaupun kelak ONH naik karena inflasi, investasi Anda juga
bisa tetap mengikuti kenaikan tersebut.
Kondisi kedua, dana belum cukup. Bisa
saja pada saat ini Anda memang sudah mempunyai uang, tapi masih belum cukup
untuk bisa pergi haji. Bila memang demikian, disarankan Anda manfaatkan produk
Tabungan Haji seperti yang banyak ditawarkan oleh bank-bank sekarang ini.
Tabungan Haji adalah tabungan yang dikeluarkan oleh bank untuk membantu Anda
mempersiapkan dana untuk persiapan ibadah haji. Dengan produk Tabungan Haji,
biasanya Anda tinggal memasukkan saja uang Anda yang sudah ada ke dalam produk
tersebut, dan uang itu akan diputar oleh bank ke dalam kegiatan usahanya, dan
Anda akan mendapatkan penambahan seperti layaknya tabungan biasa.
Yang Anda
perlukan adalah menambahkan saja tabungan Anda sedikit demi sedikit dari
penghasilan Anda setiap bulannya, sampai dana Anda benar-benar mencukupi.
Enaknya Tabungan Haji, biasanya bank penerbit tabungan Anda juga bisa membantu
(kebanyakan sih secara otomatis) mendaftarkan Anda untuk bisa menjadi peserta
haji pada tahun keberangkatan yang Anda inginkan.
Kondisi ketiga, menabung dari nol. Kalau
pada saat ini Anda belum punya uang sama sekali dan benar-benar ingin
menabungnya dari nol, maka saya menyarankan mencoba Koin Emas ONH. Koin Emas
ONH adalah produk persiapan dana haji yang sengaja dikeluarkan untuk
mengakomodir mereka yang terbiasa membeli emas untuk persiapan dana hajinya.
Pada kenyataannya, Koin Emas ONH ini bisa dibeli oleh siapa saja dan untuk
tujuan apa saja. Anda bisa membeli koin emas ini di setiap Kantor Cabang
Pegadaian.
Masalahnya
sekarang, seberapa banyak koin emas yang harus Anda punya bila ingin dana Anda
terkumpul? Menurut pengalaman para petugas di Pegadaian, biaya ONH bisa
terkumpul kalau Anda memiliki Koin Emas senilai total 250-300 gram (setara
dengan ONH terakhir kemarin yang $2500 - $3000). Jadi, walau kelak ada kenaikan
ONH, jumlah kebutuhan Koin Emas yang harus Anda miliki akan tetap sama karena
ONH dan harga emas sama-sama melihat pada dolar sebagai patokannya. Jadi,
Pegadaian percaya bahwa berapa pun ONH-nya nanti, jumlah Koin Emas ONH yang
harus Anda miliki adalah 250-300 gram.
Pertanyaannya
sekarang, kalau satu gram Koin Emas saat ini, misalnya Rp 100 ribu per gram dan
kalau Anda sanggup menabung Rp 300 ribu per bulan, ini berarti Anda bisa
membeli 3 gram Koin Emas per bulan. Kalau Anda harus mengumpulkan 300 gram Koin
Emas untuk bisa pergi haji, maka ini berarti Anda harus menabung selama 100
bulan agar dana Anda bisa mencukupi untuk bisa pergi haji atau sekitar 8,5
tahun dari sekarang. Terlalu lama? Tidak juga. Mungkin saja di tahun kedua,
ketiga, atau keempat nanti jumlah Koin Emas yang Anda beli bukan lagi 3 gram
per bulan, tapi naik menjadi 4-5 gram per bulan karena penghasilan Anda juga
meningkat. Dengan demikian, persiapan dana Anda bisa lebih cepat, tidak lagi
8,5 tahun.
3. Mendahulukan amalan wajib
Di sinilah
fungsi penting manasik haji. Stimulasi yang diadakan selama manasik dapat
memberikan gambaran kepada calon jemaah haji (bukan hanya teori tetapi juga
praktik) mengerjakan segala amalan haji. Dalam manasik dijelaskan pula rukun,
wajib, sunah, serta amalan yang dilarang selama melaksanakan ibadah haji.
Rukun haji
meliputi:
·
Ihram
(berniat memulai mengerjakan haji)
·
Wuquf
(hadir di padang
Arafah pada waktu yang telah ditentukan yaitu mulai dari tergelincir matahari
–waktu zuhur– tanggal 9 sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah)
·
Tawaf
(berkeliling Ka’bah)
·
Sai
(berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah).
Wajib haji di antaranya
adalah:
- Ihram dari Miqat
- Berhenti di Muzdalifah sesudah tengah malam di malam Idul Adha sesudah hadir di padang arafah
- Melontar Jumrat Al Aqabah pada Idul Adha
- Melontar tiga jumrah
- Bermalam di Mina
- Tawaf wada (tawaf sewaktu akan meninggalkan Mekah)
- Menjauhkan diri dari segala larangan atau yang diharamkan (muharramat)
Sedangkan sunah
haji, yaitu:
- Mengerjakan salah satu model haji (Ifrad, Tamattu, atau Qiran)
- Membaca talbiyah dengan suara keras bagi laki-laki
- Berdoa setelah membaca talbiyah
- Membaca zikir sewaktu tawaf
- Shalat dua rakaat setelah tawaf
- Masuk ke Ka’bah
Dengan
mengetahui kategori amalan-amalan dalam ibadah haji, kita dapat memfokuskan
waktu dan tenaga pada amalan yang benar-banar harus kita laksanakan. Membuang-buang
waktu dan tenaga untuk hal-hal yang tidak terlalu penting dapat berisiko
terkurasnya waktu dan tenaga sehingga tidak dapat mengerjakan amalah yang
seharusnya kita jalankan.
4. Waspadai joki Hajar Aswad
Di harian
Pikiran Rakyat (10/12), drg. H.R. Ginandjar A.M menyampaikan pesan kepada calon
jemaah haji bahwa apabila kondisi tidak memungkinkan di sekitar Ka’bah, jangan
sekali-kali memaksakan hendak mencium Hajar Aswad. Selain karena bukan sesuatu
yang wajib, hal ini untuk menghindari hal-hal yan tidak diinginkan, seperti
joki Hajar Aswad. Mereka adalah sekumpulan orang yang menawarkan jasa
pengantaran ke Hajar Aswad dengan pasang tarif “sukarela” antara 20 sampai
dengan 50 real, bahkan lebih.
5. Ketika tersesat/terpisah dari rombongan
Tersesat di
antara kerumunan orang dari berbagai negara yang tidak kita kenal memang
membuat gelisah. Terburu-buru mengikuti arah yang kita tidak yakin betul benar
atau salahnya, bisa membuat kita tersesat lebih jauh lagi. Kalau sudah demikian,
yang kita perlukan adalah tenang. Kunci utama dalam kasus ini adalah tidak
panik. Perhatikan dan ingat betul arah yang akan kita tuju. Bila hal ini tidak
dapat membantu, ikutilah sembarang rombongan jamaah Indonesia yang pertama kali kita
temui. Mintalah bantuan kepada pembimbing rombongan itu untuk menemukan tempat
yang kita tuju.
6. Oleh-oleh untuk keluarga di Tanah Air
Air zamzam
adalah oleh-oleh yang lazim dibawa para jemaah haji dari Tanah Suci. Keinginan
untuk membagikan air zamzam kepada lebih banyak sanak saudara boleh-boleh saja.
Tapi ingat, batas maksimal air zamzam yang diperbolehkan adalah 5 liter per
orang. Jadi, kita tidak usah berambisi membawa lebih karena ada petugas
pemeriksa yang akan menyita kelebihan air zamzam yang kita bawa.
7. Setiba di Tanah Air
Yang kita
dapatkan selama melaksanakan ibadah haji adalah sesuatu yang sangat berharga. Tentu
saja, kita tidak akan membiarkan pengalaman itu berlalu begitu saja tanpa
meninggalkan bekas dalam jiwa kita. Peningkatan kualitas iman dan ketakwaan
serta taubat adalah sebuah keniscayaan sebagai buah dari haji mabrur yang kita
cita-citakan. Ketika kemudian stabilitas iman tidak bisa lagi dipertahankan,
kerinduan untuk me-recharge iman
dengan ibadah haji kembali hadir dalam hati kita. Walaupun kewajiban haji
adalah sekali seumur hidup, tentu saja tidak ada larangan mengulanginya untuk
yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
Tren ini tampaknya
mulai jelas terbaca. Data jemaah haji Indonesia tahun 2000 sampai dengan 2004
menjelaskan adanya kenaikan yang signifikan tentang jamaah yang sudah pernah
melaksanakan ibadah haji dan kembali ingin melaksanakannya. Pada tahun 2000
prosentase jamaah yang berpengalaman melaksanakan ibadah haji adalah sebesar
8,18 %. Berturut-turut dari tahun 2001 sampai dengan 2004 jumlah tersebut terus
bertambah yaitu sebesar 9,07 %; 9,43 %; 9,52 %; dan 10,12 %.
Data Jemaah Haji Indonesia
Tahun 2000 s/d 2004
Berdasarkan Pengalaman Pergi Haji
No
|
Pengalaman
|
Tahun
|
|||||||||
2000
|
%
|
2001
|
%
|
2002
|
%
|
2003
|
%
|
2004
|
%
|
||
1
|
Sudah Haji
|
14.278
|
8,18
|
17.496
|
9,07
|
17.141
|
9,43
|
17.119
|
9,52
|
19.496
|
10,12
|
2
|
Belum Haji
|
160.217
|
91,82
|
175.431
|
90,93
|
164.565
|
90,57
|
162.527
|
90,47
|
173.194
|
89,88
|
Jumlah
|
174.495
|
100
|
192.927
|
100
|
181.706
|
100
|
179.646
|
100
|
192.690
|
100
|
Sumber : DITJEN BIPH http://www.depag.go.id
Pertanyaannya kemudia adalah,
apakah kualitas keimanan kita bergantung pada jumlah ibadah haji yang pernah
kita lakukan? Sedikit sindiran yang disampaikan oleh M. Yudhie Haryodo, dkk.
dalam buku berjudul Haji Mistik
adalah sebagai berikut. Saat ini negara kita sedang menghadapi persoalan
kemiskinan yang akut akibat krisis berkepanjangan. Jika 20.000 calon haji saja
(itu berarti sekitar sepuluh persen dari kuota haji 2002 dan terutama mereka
yang mengulangi haji untuk kedua kali dan seterusnya) bersepakat mendayagunakan
dana hajinya, maka akan terhimpun cash
money sekitar 500 miliar. Dan manakala dana tersebut dimanfaatkan untuk
mengentaskan kemiskinan yang kini diperkirakan berjumlah lebih dari 30 juta,
maka berapa banyak calon-calon penghuni surga karena haji mabrur dan betapa
konkretnya kontribusi yang disumbangkan para penghuni surga itu.
***
Setiap kita sudah sepatutnya
mempersiapkan diri menyambut panggilan-Nya. Kalau bukan tahun ini, mungkin
tahun depan adalah giliran kita. Ingat, panggilan-Nya adalah sebuah kesempatan
yang teramat sayang untuk dilewatkan. Mengabaikan atau berpura-pura tidak
mendengar panggilan-Nya adalah sebuah kebodohan yang akan membawa sesal kelak
di kemudian hari.
Muslik